Kritik Ulama Sunni Terhadap Tafsir Sufi

Alquran mengandung ajaran-ajaran dan prinsip-prinsip bukan hanya mengenai hubungan manusia dengan Tuhan secara vertikal, tetapi juga mengenai hubungan manusia dengan alam sekitarnya secara horizontal. Alquran adalah pedoman hidup. Oleh sebab itu, untuk memahami ajaran-ajaran tersebut, maka mempelajari dan memahami penafsirannya merupakan suatu keniscayaan.

Perkembangan kehidupan dunia dengan berbagai latar belakangnya telah menjadikan corak ragam kemampuan dalam memahami sebuah teks termasuk didalamnya teks al-Qur’an. Luasnya keanekaragaman karya-karya tafsir tidak dapat dipungkiri karena telah menjadi fakta bahwa para mufassir pada umumnya mempunyai cara berfikir yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang pengetahuan, kemampuan analisa yang dimiliki dan orientasi mereka dalam menafsirkan al-Qur’an, termasuk mufassir dari kalangan ahli tasawuf atau sufi yang memunculkan sebuah corak penafsiran yang lebih dikenal dengan tafsir sufi.

Tasawuf merupakan aliran pemikiran dalam Islam yang menitikberatkan metode berfikirnya dalam perspektif esoteris (bathini); suatu mazhab yang telah banyak melahirkan tokoh-tokoh sufi besar sekelas Ibn ‘Arabi, Ibn al-Rusyd, Imam al-Ghazali dan lain-lain. Dalam sejarah, mereka dikenal sebagai ulama yang memiliki integritas tinggi dengan sejumlah keunggulan dalam hal kedalaman intuisi dan kemampuan menangkap hikmah-hikmah Illahi yang bersifat ghaib.

Kaum sufi adalah kelompok yang selalu melihat sesuatu dari sisi ruhaniahnya disamping sisi lahiriyahnya. Esoterisme yang melekat erat pada aliran ini berpengaruh kuat ke berbagai aspek pemikiran mereka, termasuk dalam hal menafsirkan al-Qur’an. Layaknya sebuah kelompok pemikiran dalam Islam, kaum sufi banyak melakukan riset dan kajian secara mendalam terhadap al-Qur’an seraya mereka melakukan serangkaian penafsiran-penafsiran. Dengan begitu, mereka akhirnya memiliki literatur-literatur yang cukup banyak berkenaan dengan bidang tafsir al-Qur’an. Perlu dicatat bahwa kajian-kajian yang dilakukan sama sekali tidak melepaskan kekhasan yang melekat pada mereka, yakni khas tasawuf.

Kaum sufi cenderung lebih mementingkan aspek batin daripada aspek lahir. Begitu pula dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran, mereka lebih mementingkan pengertian batin menurut versi pemahaman mereka daripada pengertian lahir. Karena itu, tidaklah mengherankan jika tafsir mereka banyak memuat tafsiran-tafsiran yang kontroversial dan berlawanan dengan tafsiran-tafsiran dari kalangan jumhur ulama. Berkenaan dengan tafsiran mereka itu, tentu saja menimbulkan pertanyaan, bagaimana kritik ulama Sunni terhadap tafsir sufi tersebut.

 

Lihat makalah selengkapnya  click here 

 

Leave a comment